Indahnya Danau Situ Patenggang Ciwidey Bandung

Danau Situ Patenggang adalah wisata alam yang sangat eksotis di Bandung. Situ Patenggang, atau yang juga dikenal dengan sebutan Situ Patengan adalah sebuah danau yang menyuguhkan keasrian alam yang sangat menawan bagi para wisatawan yang datang berkunjung.

Buat kamu yang penat dengan hiruk pikuk suasana kota dan ingin menyegarkan pikiran mungkin berkunjung ke danau ini adalah pilihan yang tepat. Panorama alam khas pegunungan dengan udaranya yang sejuk dan pemandangan yang indah disini akan membuat kamu lupa dengan semua kepenatan dan stress akibat urusan pekerjaan.

baca: Penangkaran Rusa Ranca Upas Ciwidey

Danau Situ Patengan berada pada daerah dengan ketinggian yang mencapai 1600 meter diatas permukaan laut dan memiliki luas danau sekitar 45.000 hektar. Pemandangan Danau yang sangat indah dihiasi hijaunya pepohonan menambah sejuk suasana di Danau Situ Patenggang ini.

Di sekitar danau juga kamu bisa menikmati indahnya pemandangan kebun teh yang menghampar sejauh mata memandang.

Legenda Usul Danau Situ Patenggang

Ada banyak tempat wisata di Nusantara yang memiliki kisah menarik yang telah menjadi legenda di kalangan masyarakat kita. Bandung adalah salah satu daerah yang memiliki banyak tempat wisata yang syarat akan kisah-kisah legenda menarik yang patut kita lestarikan. Mungkin kamu masih ingat dengan kisah Legenda Asal Usul Danau Tangkuban Perahu yang menarik itu.

situ patengan, danau situ patenggang, danau situ patengan, situ patenggang, sejarah situ patenggang, mitos situ patenggang, lokasi situ patenggang, harga tiket masuk situ patenggang, situ patenggang batu cinta, asal usul situ patenggang, tiket masuk situ patenggang 2016, gambar situ patenggang

Begitu pula dengan Situ Patengan, ada sebuah legenda menarik yang telah menjadi mitos di kalangan masyarakat.

Legenda asal usul Danau Situ Patengan berawal dari kisah Dewi Rengganis dan Ki Santang yang cintanya tak bisa bersatu.

Ki Santang adalah salah satu anggota keluarga Kerajaan Siliwangi yang juga dikenal dengan nama Prabu Kian Santang. Sedangkan Dewi Rengganis adalah seorang wanita yang berasal dari kalangan rakyat biasa namun memiliki paras yang amat cantik. Beberapa sumber juga menyebutkan kalau Dewi Rengganis adalah titisan dewi yang hidup dalam wujud manusia biasa.

Prabu Kian Santang dan Dewi Rengganis saling jatuh cinta dan menikah. Mereka menjalani hari-hari mereka sebagai sepasang suami istri dalam kehidupan yang tentram dan bahagia. Mereka sangat mencintai satu sama lain.

Hingga suatu ketika Prabu Kian Santang di utus oleh kerajaan untuk menumpas pemberontakan yang mengancam kekuasaan Kerajaan Siliwangi. Karena pengabdiannya kepada kerajaan maka Prabu Kian Santang pun berangkat.

Cinta mereka sedang diuji dengan kejadian ini, mereka harus berpisah dalam waktu yang lama dan tidak diketaui kapan Prabu Kian Santang dapat kembali lagi.

Dengan ketabahan hati Dewi Rengganis pun harus melepaskan kepergian suaminya bertugas di medan perang. Mereka saling berjanji untuk tetap mempertahankan cinta mereka kendati harus terpisah jauh dan berjanji akan bertemu kembali.

Sebelum pergi, Prabu Kian Santang menitipkan Dewi Rengganis kepada dua orang sahabatnya yaitu Senopati Layung dan Senopati Agor.

Senopati Layung yang saat ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai si Layung, ikan yang besar bila berada di dalam air dan berwujud Mencek (Rusa) bila ada di darat. Sedangkan Senopati Agor diyakini memiliki wujud berkepala manusia dan bertubuh anjing, yang dikenal dengan sebutan Aul

Berangkatlah Prabu Kian Santang ke medan perang untuk menumpas para pemberontak demi menjaga keutuhan kekuasaan Kerajaan Siliwangi.

Waktu berlalu dan tahun-tahun terus berganti, namun Prabu Kian Santang belum juga kembali. Dewi Rengganis tetap menanti suaminya pulang dengan penuh ketabahan. Hingga suatu ketika ia mendapatkan sebuah petunjuk (wangsit) bagaimana agar ia bisa bertemu kembali dengan Prabu Kian Santang.

Menurut wangsit yang didapatnya, Dewi Rengganis harus bertapa di sebuah batu yang ada di hutan agar bisa bertemu dengan suaminya. Dewi Rengganis pun menjalani pertapaannya selama bertahun-tahun lamanya.

Pada suatu hari akhirnya Prabu Kian Santang pulang karena tugas-tugasnya telah selesai, ia telah berhasil meredam pemberontakan dan kembali ke kerajaan untuk menemui Dewi Rengganis.

Namun begitu sampai di rumah ia tidak dapat menemui istrinya itu, ia pun mencari ke berbagai penjuru namun tetap tidak bisa menemukan Dewi Rengganis.

Pada akhirnya Prabu Kian Santang menemui kedua sahabatnya Si Layung dan Si Agor untuk menanyakan keberadaan istrinya. Kedua sahabatnya memberitahukan bahwa Dewi Rengganis sedang bertapa di sebuah batu di hutan.

Berangkatlah Prabu Kian Santang untuk menemui Dewi Rengganis. Namun begitu sampai di tempat yang ditunjukkan oleh kedua sahabatnya itu, Prabu Kian Santang tidak juga menemukan Dewi Rengganis. Rupanya istrinya itu sudah tidak lagi berada disana, ia telah menghentikan pertapaannya.

Dewi Rengganis bertemu dengan Si Layung dan Si Agor, betapa terkejutnya ia begitu mengetahui bahwa suaminya sudah pulang dan kini tengah mencari dirinya di hutan. Dewi Rengganis pun pergi dengan sangat tergesa-gesa ke dalam hutan untuk mencari Prabu Kian Santang.

Merekapun akhirnya saling mencari satu sama lain. Inilah yang dalam bahasa sunda disebut dengan patengan atau pateang-teangan yang artinya saling mencari. Setelah sekian lama saling mencari akhirnya mereka saling bertemu kembali di batu tempat Dewi Rengganis menjalani pertapaannya.

Batu inilah yang saat ini dikenal dengan sebutan Batu Cinta. Mereka yang telah sangat lama tidak berjumpa ini saling berpelukan, kerinduan yang amat mendalam yang dirasakan Dewi Rengganis membuatnya tak kuasa menahan tangis.

Tanpa terasa Dewi Rengganis yang menangis tersedu-sedu mengeluarkan air mata yang mengalir menggenangi tempat itu hingga membentuk sebuah danau. Danau itulah yang saat ini disebut dengan nama Situ Patengan. Dalam bahasa Sunda Situ artinya danau dan Patengan artinya saling mencari.

Dalam versi lain yang diceritakan beberapa sumber menyebutkan bahwa setelah saling bertemu, Dewi Rengganis minta dibuatkan sebuah danau dan perahu untuk berlayar oleh Prabu Kian Santang. Danau itu diberi nama Situ Patengan dan perahunya berubah menjadi sebuah pulau yang menyerupai hati yang saat ini dikenal dengan sebutan Pulau Sasaka atau Pulau Asmara.

Seperti itulah Legenda Danau Situ Patenggang yang amat termasyhur di kalangan masyarakat Sunda.

Kegiatan Menarik Yang Bisa Dilakukan Di Situ Patenggang

Ada banyak kegiatan wisata menarik yang bisa dilakukan di kawasan Danau Situ Patengan Ciwidey ini. Kamu bisa bermain wahana air seperti menaiki sepeda air, berkeliling danau dengan perahu angsa, atau bisa memancing buat yang hobi memancing.

situ patengan, danau situ patenggang, danau situ patengan, situ patenggang, sejarah situ patenggang, mitos situ patenggang, lokasi situ patenggang, harga tiket masuk situ patenggang, situ patenggang batu cinta, asal usul situ patenggang, tiket masuk situ patenggang 2016, gambar situ patenggang

Selain itu kawasan di sekitar danau juga sering dijadikan sebagai tempat melakukan piknik dan berkemah. Kondisi alam di kawasan sekitar Danau Situ Patenggang memang sangat mendukung sebagai tempat berkemah.

Udaranya yang sejuk dan pemandangan alam sekitar yang sangat hijau dan mempesona membuat tempat ini selalu jadi favorit para pengunjung yang datang ke tempat ini.

situ patengan, danau situ patenggang, danau situ patengan, situ patenggang, sejarah situ patenggang, mitos situ patenggang, lokasi situ patenggang, harga tiket masuk situ patenggang, situ patenggang batu cinta, asal usul situ patenggang, tiket masuk situ patenggang 2016, gambar situ patenggang

Buat kamu yang ingin mengunjugi lokasi Batu Cinta dan Pulau Asmara yang legendanya sangat terkenal itu, kamu bisa menyebrang dengan menggunakan perahu. Di tempat wisata Danau Situ Patenggang tersedia layanan penyewaan perahu yang bisa kamu pakai.

Lokasi Danau Situ Patenggang

Danau Situ Patenggang terletak di kawasan Ciwidey, Bandung. Jaraknya dari kota Bandung terbilang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 47 km yang mana dapat ditempuh dalam waktu perjalanan sekitar 1 jam.

Cara untuk bisa sampai di lokasi Danau Situ Patengan jika kamu menggunakan kendaraan umum maka kamu bisa naik Bus di Terminal Leuwi Panjang, Bandung dengan tujuan Terminal Ciwidey. Harga ongkos bus sampai ke terminal Ciwidey adalah Rp. 6.000.

Dari Terminal Ciwidey kamu harus berganti kendaraan, bisa dengan naik angkot ke lokasi wisata Danau Situ Patenggang nanti langsung turun di pintu masuk lokasi. Ongkos angkot adalah Rp. 10.000

Jika menggunakan kendaraan pribadi maka yang paling mudah adalah dengan melewati Jalan Koplo -Soerang -Ciwidey-Danau Situ Patenggang.

Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Danau Situ Patengan

Harga tiket masuk Situ Patenggang: Rp. 20.000

Jam buka: 08.00 – 17.00 Wib

Peringatan

Jika kamu mengunjungi tempat ini terutama lokasi Batu Cinta, jadilah pengunjung yang baik. Jangan mencoret-coret batu karena hanya akan merusak pemandangan saja. Jika ingin melakukan tindakan alay sebaiknya lakukan di rumah masing-masing agar tak menimbulkan kerugian. Selain itu juga jangan membuang sampah ke dalam danau. Mari kita jaga bersama kekayaan wisata di Negeri Tercinta ini.

Semoga Bermanfaat.

Flash Sale Kecantikan 50%
x